SiberOne.id – Permasalahan anak putus sekolah memang menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim). Terutama dalam hal meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), agar dapat bersaing di dunia kerja.
Satuan Pendidikan Non Formal Sanggar Kegiatan Belajar (SPNF-SKB), Dinas Pendidikan (Disdik) Kutim, menjadi solusi yang baik untuk mengejar ketertinggalan pendidikan bagi anak putus sekolah ataupun yang tidak pernah sama sekali mengenyam pendidikan.
SNF-SKB memiliki peran untuk mengakomodasi warga yang ingin belajar, tapi tidak memiliki gairah lagi belajar secara formal. Hal tersebut banyak dijumpai. Sehingga akhirnya putus sekolah. Malu menggunakan pakaian sekolah menjadi salah satu alasan.
Sebagai tempat untuk mendapatkan ijazah kesetaraan melalui program paket A, B dan C. Termasuk pelatihan-pelatihan berbagai jenis keterampilan. Di antaranya keterampilan memasak, musik, komputer dan lainnya. Perlu asupan anggaran agar berjalan maksimal.
“Jadi, pembinaannya di sini (SNF-SKB). Pamong yang mendidik. Pamong memang harus pro aktif. Berbeda dengan sekolah formal, murid yang harus aktif,” kata Kepala SNF-SKB Sangatta Utara Achmad Junaidi, beberapa waktu yang lalu.
Meskipun pertemuan sekolah paket minim. Warga belajar akan dilibatkan dengan berbagai khursus. Sehingga, tidak sekadar menempuh pendidikan paket saja. Ada keterampilan lainnya yang dapat diperoleh. Untuk itu, pihaknya mengharapkan adanya pembenahan sarana prasarana.
“Kami hanya bisa menyediakan ruangan. Peralatan lainnya masih terbatas. Sarana dan prasarana yang perlu dibenahi mencapai 60 persen,” ungkapnya.
Dia mencontohkan ruang tata boga yang telah tersedia. Namun, keperluan pendukung dan memasak belum sepenuhnya tersedia. Begitu pula ruang tata busana, yang memerlukan mesin jahit agar dapat menghadirkan warga belajar.
“Untuk khursus alat musik dan komputer, perlengkapannya sudah tersedia. Sudah berjalan,” bebernya.
Pihaknya sudah menyusun kerangka acuan kerja (KAK) dan rancangan anggaran biaya (RAB). Misalnya, untuk kegiatan pelatihan komputer, memerlukan anggaran Rp 230 juta. Sementara itu, pelatihan alat musik memerlukan Rp 530 juta.
“Kenapa besar, karena setiap pelatihan selesai, ada cindera mata atau alat yang dapat diberikan kepada peserta. Misalnya, memberikan alat musik kepada pesertanya. Mereka juga akan dibuatkan kelompok bermain musik, sehingga dapat berwirausaha mandiri,” paparnya.
Setidaknya bisa menjadi mata pencarian bagi warga belajar yang telah lulus. Meskipun hanya mengisi acara hajatan dan lainnya. Tapi, tetap di bawah monitor SNF-SKB. Mereka tetap melaporkan kepada SKB sebagai pembinanya.
“Termasuk pelatihan-pelatihan lainnya akan disediakan cindera mata yang dapat bermanfaat bagi mereka. Secara keseluruhan, kami mengusulkan Rp 2,6 miliar,” jelasnya.
Mengenai sarana dan prasarana, pihaknya membutuhkan RP 500 juta lebih. Meskipun memiliki laboratorium komputer, tapi masih tidak memiliki jaringan internet. Sedangkan, dalam beberapa hari ke depan, pihaknya akan melaksanakan simulasi asessmen nasional.
“Untuk persiapan ujian. Makanya diperlukan simulasi. Kami sudah ada komputer, tapi belum terhubung ke server dan jaringan internet yang memadai,” terangnya.
Sekarang SKB hanya menggunakan jaringan internet berkapasitas rumahan. Padahal, standarnya harus jenis corporate atau layanan akses internet kelas premium, dengan besaran bandwith terjamin tanpa batasan waktu.
“Kalau mengikuti ujian nasional, semuanya harus terhubung. Makanya kami membutuhkan dukungan Dinas Pendidikan,” tuturnya.
Sebenarnya banyak program yang ingin diterapkan. Misalnya kemaritiman, dengan membuat kolam ikan terpal yang masih akan dikembangkan. Tetapi, menyesuaikan dengan kondisi dana yang tersedia. Termasuk perbengkelan dan lainnya.
“Banyak yang masuk dalam rencana kerja. Termasuk metode pembelajaran dan lainnya telah direncanakan. Sekarang kami berupaya melengkapi fasilitas sesuai yang kami miliki. Ruangan sudah tersedia,” paparnya.
Terpisah, Kadisdik Kutim Syahrir memastikan, siap mengakomodasi apa yang diperlukan SNF-SKB. Meski baru menjabat sebagai Kadisdik, dia juga akan menindaklanjuti usulan yang telah diajukan.
“Kami upayakan dapat diakomodasi melalui APBD perubahan. Paling tidak dapat direalisasikan melalui APBD Murni 2021,” singkatnya. (so)